Sharing is caring!

Keris adalah sejenis senjata tajam yang memiliki tempat terhormat dalam masyarakat Jawa. Keris tidak hanya berfungsi sebagai senjata, namun juga sebagai perlengkapan busana, simbol status, pemberi kewibawaan, dan sebagai perlengkapan dalam upacara adat. Sejarah eksistensi Keris di Nusantara mulai ditemukan pada prasasti batu yang ditemukan di desa Dakuwu, Grabag, Magelang pada sekitar abad ke-5 Masehi (Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, 2011:2008). Keris dinobatkan menjadi bagian dari pusaka budaya kemanusiaan tak berwujud (intangible cultural heritage of humanity) pada tahun 2017 oleh UNESCO.

Popularitas Keris sebagai warisan budaya Nusantara dapat kita pelajari melalui Museum Keris Nusantara. Museum Keris terletak di Jl. Bhayangkara No.2, Sriwedari, Kec. Laweyan, Kota Surakarta dengan hari operasional pada hari Selasa hingga hari Minggu. Jam operasional Museum Keris pada hari selasa, rabu, kamis dan sabtu buka jam 09.00-15.00, sedangkan pada hari jumat museum mulai beroperasi jam 8.30-11.00 dan hari senin jam 09.00-13.00. Harga tiket museum keris kisaran 6000-10.000 rupiah bagi wisatawan lokal dan 15.000-20.000 bagi wisatawan mancanegara.

Museum Keris memiliki 4 lantai yang setiap lantai memiliki fungsinya masing masing. Setiap lantai juga memiliki nama masing masing, lantai pertama memiliki nama Wedharing Wacana dan terdapat pintu utama, pusat informasi, loket, dan ruang audio. Lantai 2 bernama Purwaning Wacana dan kita dapat melihat deskripsi bagaiman perkembangan keris di era modern. Lantai 3 bernama Cipta Adiluhung yang menampilkan proses pembuatan keris dan tata cara memakai dan menggunakan keris dengan benar. Lantai 4 bernama Esthing Lampah, pada lantai ini pengunjung bisa menikmati kerajinan leluhur dan perkembangan teknologi pada masa lampau. Museum Keris juga menyimpan sekitar 400-an keris, 38 tombak dan beberapa benda sejarah sejenis lainnya dengan umur yang bervariasi, mulai dari ratusan hingga puluhan tahun.