Site icon BPPD Surakarta

Jejak Pahlawan Asal Solo : Sejarah Patung dan Jalan Slamet Riyadi

traveltodayindonesia.com

Jika berkunjung ke Kota Solo, hampir mustahil jika tidak melewati jalan yang selalu ramai dan menjadi nadi transportasi di kota ini, Jalan Slamet Riyadi. Jalan yang membentang panjang dari barat hingga timur menjadi penghubung wilayah dan tempat strategis yang ada di Kota Solo. Di ujung jalan Slamet Riyadi, berdiri kokoh sebuah patung prajurit gagah sebagai simbol penghormatan kepada pahlawan nasional yang berasal dari Solo. Pahlawan itu bernama Slamet Riyadi.

Nama Slamet Riyadi diabadikan sebagai nama jalan di Kota Solo dan dikenang dalam bentuk monumen, yang menjadi ikon Solo. Jasa dan pengorbanan pahlawan Slamet Riyadi sangat besar untuk kemerdekaan Indonesia. Mari mengenal lebih dekat dengan pahlawan yang namanya diabadikan dalam bentuk jalan dan monumen di Kota Solo.

Pahlawan nasional Ignatus Slamet Riyadi lahir di Solo, 26 Juli 1927, dan gugur di Ambon pada 4 November 1950. Slamet Riyadi gugur saat menumpaskan pemberontakan Republik Maluku Selatan. Slamet Riyadi merupakan anggota TNI yang menjabat hingga Brigadir Jenderal (Anumerta). Ia yang mempelopori terbentuknya Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Slamet Riyadi pernah menjadi Batalyon Resimen I Divisi X.

Slamet Riyadi pernah menimba ilmu di Hollandsch-Indansche School (HIS) pada 1940. Setelah lulus, ia melanjutkan pendidikan ke Sekolah Pelayaran Tingggi (SPT) hingga mendapatkan ijazah navigasi laut dengan peringkat terbaik. Dengan prestasinya, Slamet Riyadi menjadi navigator kapal kayu yang berlayar antar pulau Di Nusantara. Setelah selesai menjalani pendidikan, Slamet Riyadi menjadi navigator kapal kayu dan menjadi prajurit Indonesia (Brigjen Anumerta).

Perjuangan Slamet Riyadi dimulai ketika peralihan kekuasaan sipil oleh Jepang (Wali Kota Surakarta T Watanabe) kepada kedua kerajaan di Surakarta, yaitu Kasunanan dan Praja Mangkunegaran. Slamet Riyadi mengumpulkan para pemuda yang terlatih eks PETA/Heiho/Kaigun dan merekrutnya dalam kekuatan setingkat batalyon guna dipersiapkan untuk memelopori perebutan kekuasan politik dan militer di Kota Solo dari tangan Jepang. Kemudian Slamet Riyadi diangkat sebagai Komandan Batalyon Resimen I Divisi X. Sejak saat ini, Slamet Riyadi banyak terlibat dalam merebut kemerdekaan bangsa Indonesia.

Slamet Riyadi turut andil dalam mempertahakan kemerdekaan dalam menjaga kesatuan bangsa pasca kemerdekaan, hingga ia gugur saat bertugas. Pada 10 Juli 1950, ia ditugaskan untuk menumpas pemberontakan Kapten Abdul Aziz di Makassar dan Republik Maluku Selatan (RMS) yang dipelopori Dr Soumokil dan kawan-kawan. Pada 4 November 1950, ketika ia sedang berusaha menumpas pemberontakan RMS, ia gugur karena tembakan dari pemberontak RMS. Slamet Riyadi gugur dalam usia 24 tahun.

Pada 2007, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menobatkan Brigadir Jenderal Ignatius Slamet Riyadi sebagai tokoh pahlawan nasional. Monumen patung Slamet Riyadi setinggi 7 meter dengan sikap berdiri mengacungkan pistol secara natural menghadap ke barat diresmikan pada 12 November 2007. Selain itu, nama Slamet Riyadi digunakan sebagai nama jalan utama di Solo, dan menjadi nama universitas yaitu, Universitas Slamet Riyadi (UNISRI).

Exit mobile version