Sharing is caring!

Kota Solo tak pernah luput dari kebudayaannya yang beragam dan bermacam-macam. Salah satunya adalah wayang wong, yang sudah sejak lama melegenda dan melekat dengan kebudayaan Kota Solo. Bahkan hingga saat ini pun, wayang orang masih eksis dan mampu bertahan ditengah gempuran modernisasi di bidang hiburan.

Menurut sejarah, pementasan wayang wong pertama kali di dalam Istana Mangkunegaran adalah pada masa Renaissance Kesusastraan Jawa pada abad ke 18-19. Wayang wong dari Istana Mangkunegaran pertama kali muncul pada masa pemerintahan Mangkunegara I.

Pada mulanya pertunjukan wayang wong mangkunegara hanya disajikan pada acara atau upacara khusus di dalam lingkungan istana saja. Seperti digunakan untuk acara ulang tahun, penobatan Mangkunegara, serta perhelatan keluarga Mangkunegara. Kemudian pada masa pemerintahan Mangkunegara V, fungsi dari wayang wong mangkunegara ini kemudian bergeser menjadi kesenian yang ditujukan untuk hiburan masyarakat.

Kesenian wayang wong mangkunegara mengalami masa kejayaan pada masa pemerintahan Mangkunegara V. Pada masa ini wayang wong mangkunegara mengalami perkembangan dalam hal busana, pemain, dan lakon-lakon yang dimainkan. Perkembangan busana pada era ini mengikuti perwujudan busana wayang kulit purwa. Penciptaan busana baru itu terinspirasi dari Patung Bima, dan relief-relief di Candi Sukuh. Dengan adanya perubahan pada busana wayang orang ini, bisa memberikan kemudahan bagi para penonton untuk membedakan dan mengenali antar toko yang satu dengan lainnya.

Kebudayaan wayang wong mangkunegara masih tetap lestari hingga saat ini. Bahkan untuk mendukung hal ini, Pura Mangkunegaran mendirikan sebuah pasinaon yang bernama Pasinaon Dalang Mangkunegaran yang ditujukan untuk mengembangkan seni pertunjukan wayang dan membina dalang-dalang di Kota Solo agar bisa menjadi dalang yang berkualitas.