Sharing is caring!

Solo adalah salah satu kota di Indonesia yang kental akan kebudayaan Jawa dan Islam. Kentalnya kebudayaan Jawa dan Islam di kota ini tidak terlepas dari sejarah dari kawasan Solo yang merupakan tempat berkembangnya kerajaan Islam-Jawa sejak abad 16 Masehi. Tercatat beberapa kerajaan Islam pernah eksis di kota ini seperti kerajaan Pajang, Mataram Islam dan Kasunanan Surakarta. Peninggalan-peninggalan budaya dan religi dari kerajaan-kerajaan tersebut hingga kini masih cukup terawat dan digunakan sebagai daya tarik wisata religi.

Piliihan wisata religi di kota Solo sangat beragam, mulai dari masjid-masjid tradisional, makam raja dan pemuka agama Islam serta petilasan/pesanggrahan raja tersohor.Masjid-masjid tradisional yang biasa dikunjungi untuk keperluan wisata religi dan budaya adalah Masjid Ageng Surakarta, Masjid Laweyan dan Masjid Dalem Kalitan. Ketiga masjid tersebut jika dilihat dari gaya arsitektur memiliki keunikan tersendiri. Atap masjid menggunakan gaya joglo bertingkat yang khas dengan bangunan Jawa. Selain itu, masjid masjid tradisional ditopang oleh saka/tiang sebagai penyangganya. Kita juga bisa menjumpai kaligrafi dan seni ukir di kawasan masjid tradisional kota Solo.

Selain masjid tradisional, wisatawan juga bisa mengunjungi petilasan dan makam dari pemuka serta penyiar agama Islam pada masa abad pertengahan di Jawa. Salah satu makam yang sering dituju wisatawan religi adalah makam Kyai Ageng Henis. Dalam sejarahnya, Kyai Ageng Henis terkenal sebagai pendakwah atau ulama beraliran Islam Kejawen yang pernah mengislamkan Kyai Ageng Beluk, tokoh masyarakat Laweyan beragama Hindu (Syiwa). Dalam Serat Kandha disebutkan pula peran Kyai Ageng Henis sebagai guru spiritual dari Joko Tingkir yang nantinya menjadi raja dari kerajaan Pajang.